Kamis, 16 Januari 2014

Potensi dan Peran Kredit di Penanggulangan Kemiskinan melalui Persepektif Rural Pembangunan Ekonomi



Pentingnya keberadaan Kredit dan berperan aktif dalam penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan ekonomi terutama di daerah pedesaan seperti penenelitian yang dilakukan di daerah kalimantan melalui pendekatan partisipatif untuk memahami penggunaan pedesaan kelompok dan wawancara individu yang melibatkan wawancara , administrator , manajer dan pengguna Credit Union, perekonomian pedesaan tersebut masih didominasi oleh usaha - usaha mikro dan skala kecil dengan pelaku utama buruh tani,  pedagang dan sarana produksi pertanian, pengolahan hasil pertanian dan industri rumah tangga .
Para pelaku bisnis ini pedesaan pada umumnya masih dihadapkan dengan masalah klasik terbatasnya ketersediaan modal. Sebagai elemen penting dalam mendukung peningkatan standar produksi , produktivitas dan kehidupan masyarakat pedesaan , keterbatasan modal dapat membatasi pergerakan aktivitas sektor ekonomi pedesaan. Langkanya modal jangka panjang dapat menjadi entry point dari siklus rantai kemiskinan pada masyarakat pedesaan, Meskipun kemiskinan tidak dibatasi oleh aspek-aspek faktual spasial dan sktoral , namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar orang miskin berada di daerah pedesaan. langkanya modal pelaku ekonomi pedesaan biasanya mencari tambahan modal dari berbagai sumber , baik dari lembaga keuangan formal dan lembaga keuangan non - formal.
Pelaku ekonomi yang lemah di ibukota pedesaan telah diakui oleh pemerintah untuk mendorong pemerintah untuk meluncurkan beberapa program kredit ditargetkan untuk petani dan pengusaha mikro. Walaupun pemerintah telah menerapkan berbagai program pinjaman , tapi prestasi masih belum melihat hasil seperti yang diharapkan . Ada indikasi bahwa kinerja kredit dari program ini adalah tidak memuaskan terutama di lembaga-lembaga keuangan sebagai pelaksana , yang dapat dilihat dari tiga aspek :
1.       Rendahnya tingkat pengembalian pinjaman
2.       Petugas moralitas rendah eksekutif dan
3.       Tingkat rendah mobilisasi dana masyarakat .
Kelemahan bukanlah konsekuensi melanjutkan lembaga keuangan yang terbentuk setelah program selesai.
Pertumbuhan dan perkembangan Lembaga Keuangan Mikro ( LKM ) di Indonesia sudah berkembang sejak lama dan telah menjadi subjek ahli dan praktisi ekonomi sosial Lembaga Keuangan Mikro selalu dikaitkan dengan upaya pengentasan kemiskinan . Menurut definisi yang digunakan dalam KTT Kredit Mikro ( 1997) dalam Wijono ( 2004) , program pinjaman kredit mikro adalah sejumlah kecil kepada orang miskin untuk membiayai kegiatan produktif yang ia lakukan sendiri untuk menghasilkan pendapatan , yang memungkinkan mereka untuk merawat diri dan keluarga mereka.
Lembaga keuangan yang terlibat dalam penyaluran kredit mikro umumnya disebut Lembaga Keuangan Mikro ( LKM ) . Bank Pembangunan Asia ( ADB ) mendefinisikan LKM sebagai lembaga yang menyediakan jasa penyimpanan kredit, transaksi pembayaran dan layanan transfer uang ditujukan untuk pengusaha miskin dan kecil .
Meskipun ada banyak definisi keuangan mikro , tetapi secara umum ada tiga unsur penting dari berbagai definisi :
-          Pertama, ia menyediakan berbagai jenis jasa keuangan
-          Kedua, melayani hidup orang miskin, keuangan mikro dan berkembang pada mulanya adalah untuk melayani orang-orang yang terpinggirkan oleh sistem keuangan formal yang ada sehingga memiliki karakteristik konstituen yang khas
-          Ketiga, menggunakan prosedur dan mekanisme yang kontekstual dan fleksibel
( Krishnamurti, 2005).
Bank Indonesia hanya membagi LKM menjadi dua kategori , yaitu LKM bank yang nyata dan non-bank. Banyak pihak percaya bahwa Credit Union yang merupakan salah satu bentuk LKM sebagai alat pembangunan yang efektif untuk mengentaskan kemiskinan karena layanan keuangan memungkinkan rumah tangga berpendapatan rendah dan kecil untuk memanfaatkan peluang ekonomi , membangun aset dan mengurangi kerentanan terhadap guncangan eksternal . Sehingga Credit Union menjadi alat penting untuk mencapai pembangunan dalam tiga hal sekaligus  yaitu :
- menciptakan lapangan kerja
- meningkatkan pendapatan dan mengurangi kemiskinan
Modal yang digunakan berasal dari masyarakat oleh masyarakat dan untuk masyarakat . Dalam faktual , credit union layanan di Kalimantan telah menunjukkan keberhasilan , ditandai oleh beberapa indikator , dan beberapa perubahan seperti peningkatan partisipasi pendidikan anak - anak , peningkatan pendapatan dan aset rumah tangga meningkat .
Demikian pula , dalam hal sumber daya manusia ( SDM ) yang terlibat dalam Credit Union , meskipun awalnya didorong hanya oleh segelintir orang, tetapi dalam perkembangannya mengalami peningkatan yang sangat pesat. Indikator keberhasilan ditunjukkan oleh perkembangan jumlah anggota, pengembangan aset dan dana yang diserap.  Dana disalurkan melalui pinjaman kepada publik sampai Desember 2009 mencapai Rp . 2.409.205.270.278 , - dan ada kecenderungan meningkat. Jumlah simpanan anggota sampai akhir Desember 2009 mencapai Rp . 2.841.269.831.269
Keberlanjutan Credit Union dipengaruhi antara lain oleh :
(1) kemampuan sumber daya manusia ( SDM ) administrator dan manajer
(2) Credit Union dukungan dari faktor eksternal yang meliputi membayar hukum bagi upaya pengembangan credit union.
RUU - UU Lembaga Keuangan Mikro yang masih dalam perdebatan , dan ada kekhawatiran Hukum - Hukum seperti membatasi ruang lingkup layanan Lembaga Keuangan Mikro kepada publik. Pengembangan Credit Union untuk sektor pertanian di samping harus tetap didasarkan pada prinsip - prinsip operasional kelembagaan sehingga harus dilakukan melalui tahapan sebagai berikut :
1 . Mengatur kelompok pertama calon sasaran , antara lain , terkait dengan keberadaannya sebagai kelompok setidaknya dalam dua tahun terakhir
2 . Kelompok terpilih yang memenuhi kriteria , dipilih oleh co-location .
3 . Dari seleksi ini menghasilkan kelompok sasaran yang layak bergerak di bidang jasa keuangan .
4 . Memulai penguatan pencairan dana dan pemanfaatan kelompok modal ventura
5 . Memberikan bimbingan dan asistenasi terhadap kegiatan kelompok
6 . Mendorong kegiatan kelompok terhadap pengelolaan Credit Union(sustainable)
7 . Melakukan pelatihan untuk semua administrator , manajer atau anggota pengguna dengan materi pelatihan tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan Credit Union , tetapi juga pelatihan pengembangan bisnis dukungan di sektor pertanian .
Namun Hasil penelitian menunjukkan bahwa usaha di sektor pertanian kurang dilirik oleh Uni Credit , dengan alasan risiko tinggi , kecepatan aliran kas lambat dan lain - lain .
Hal yang diterapkan dalam membangun serikat kredit adalah sektor pertanian pada dasarnya hanya dapat dilakukan dengan mengaokomodasi beberapa pola yang telah dikembangkan untuk membuat penyesuaian yang berkaitan dengan pertanian seperti karakteristik sebagai berikut :
1 . pendekatan kelompok
2 . Ekspansi kredit target pengguna
3 . Pemilihan calon pengguna kredit
4 . Volume batas kredit
5 . Tingkat bunga pinjaman
6 . pembayaran hipotek
7 . Mentoring dan monitoring
8 . latihan

KESIMPULAN
1. Kegiatan dalam perekonomian pedesaan didominasi oleh usaha apa dan siapa saja para pelakunya? Di dominasi oleh usaha mikro dan skala kecil dengan pelaku utama para petani, buruh tani, pedagang dan sarana produksi pertanian, pengolahan hasil pertanian dan industri rumah tangga.
2. Mengapa Credit Union di akui keberadaannya oleh masyarakat? Karena Credit Union mengakui keberadaan masyarakat memiliki peran strategis sebagai kegiatan ekonomi masyarakat perantara.
3. Bagaiman dengan layanan faktual Credit Union? telah menunjukkan keberhasilan di tandai oleh beberapa indikator dan beberapa perubahan seperti peningkatan pendapatan, asset rumah tangga meningkat.
4. Provinsi manakah Credit Union dikembangkan kepada masyarakat? Dan berapa jumlah wilayah layanan Credit Union? Di Provinsi Kalimantan Barat, dengan jumlah wilayah layanan ke 45 CU ( kecamatan).
5. Strategis Langkah Inisiasi Credit Union untuk sektor pertanian melalui beberapa tahapan, tahapan apa saja untuk memulai pembentukan dan pengembangannya?
(1) . Mengatur kelompok pertama calon sasaran , antara lain , terkait dengan keberadaannya sebagai kelompok setidaknya dalam dua tahun terakhir,
(2) . Kelompok terpilih yang memenuhi kriteria , dipilih oleh co-location,
(3) . Dari seleksi ini menghasilkan kelompok sasaran yang layak bergerak di bidang jasa keuangan,
(4) . Memulai penguatan pencairan dana dan pemanfaatan kelompok modal ventura,
(5) . Memberikan bimbingan dan asistenasi terhadap kegiatan kelompok,
(6) . Mendorong kegiatan kegiatan kelompok terhadap pengelolaan Credit Union (sustainable ),
(7) . Melakukan pelatihan untuk semua administrator , manajer atau anggota pengguna dengan materi pelatihan tidak hanya untuk meningkatkan kemampuan Credit Union , tetapi juga pelatihan pengembangan bisnis dukungan di sektor pertanian .

REFERENSI :
 [1] Ashari . 2008. Potensi Lembaga Keuangan Mikro ( LKM ) dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan dan Kebijakan Pembangunan . Analisis Kebijakan Pertanian Volume 4 No 2 : 146-164
[2] Budiantoro , S. 2003. Lembaga Keuangan Mikro Bill : Jangan Jauhkan Dari Lembaga Keuangan Masyarakat . Jurnal Ekonomi Rakyat . Artikel Th . Nomor II . 8 .
[3] Hendayana , Rachmat dan Bustaman , Sjahrul . 2007. Fenomena Lembaga Keuangan Mikro dalam Pembangunan Ekonomi Pedesaan Perspektif . Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian . Bogor.
 [4] Lopez , Zulkarnain . 2007. Dampak Distribusi Kredit berdasarkan Credit Union Business Kinerja Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Petani dan Petani . Jurnal Ilmu - Ilmu Pertanian Indonesia . Edisi Khusus, No 3 : 275-284 .
[5] Martowijoyo , S. 2002. Dampak Lembaga Pedesaan Terhadap Kinerja Sistem Perkreditan Bank . Jurnal Ekonomi Rakyat . Artikel Th . I No 5 .
[6] Risqi , Tom . 2003. Apakah ada kontribusi dari Kredit Mikro dalam Pemberantasan Kemiskinan . Kompas artikel surat kabar .
[7] Sumodiningrat , G. 2003. Peran Lembaga Keuangan Mikro dalam Penanggulangan Menanggunalangi Associated Dengan Kebijakan Otonomi Daerah . Jurnal Ekonomi Pertanian . Artikel Th . Nomor II . 1 .

Kredit Union dampak Terhadap Pemberdayaan Perempuan di Kalimantan



Dengan menjadi anggota CU yang mereka benar-benar merasakan pengaruh positif yang merasa lebih percaya diri karena mereka merasa bisa membantu kebutuhan keluarga atau untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
Kata kunci: serikat kredit, pemberdayaan perempuan, entepreneurship  LKM sangat berdampak positif kepada sekitar 8 juta orang, di antaranya 90% adalah perempuan. Peminjam sebagian besar pekerjaan sendiri, dan mereka melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan banyak. Selain itu, LKM telah menciptakan lapangan kerja bagi sekitar 70.000 orang, sekitar 20% di antaranya adalah perempuan. Industri ini telah berhasil. Kredit mikro adalah tingkat tinggi klaim dari peminjam, lebih dari 95%. (Kaniz Fahmida Ahmed, 2010)
Dampak yang sangat positif dari kredit mikro dan manfaat utama dari kredit mikro adalah :
(a) meningkatkan pendapatan keluarga dan kualitas hidup, dan sebagai perempuan mewakili 90% dari peminjam, kontribusi mereka adalah penting
(b) mempromosikan kebiasaan tabungan antara peminjam perempuan miskin
(c) telah meningkatkan kesadaran dan perempuan diberdayakan untuk berkontribusi kegiatan sosial-ekonomi yang beragam dan
(d) telah mendorong perempuan untuk mengambil peran aktif dalam politik Bangladesh
Kekuatan kredit mikro terletak pada kemampuannya untuk mengatur wanita pengangguran menjadi kerja produktif dengan kredit mereka terbukti Hal ini diyakini bahwa 25 juta orang di seluruh dunia sekarang menggunakan kredit mikro untuk meningkatkan pendapatan atau kegiatan kewirausahaan dan ini 90% adalah perempuan.
Menurut teori bahwa serikat kredit atau credit union, atau biasa disingkat CU adalah lembaga keuangan yang bergerak di bidang simpan pinjam yang dimiliki dan dikelola oleh anggotanya, dan yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi anggotanya sendiri. Credit Union memiliki tiga prinsip utama yaitu:

Refrensi :

prinsip self-help (tabungan hanya dari anggotanya); prinsip teman-teman setia (pinjaman hanya diberikan kepada anggota) dan prinsip pendidikan dan kesadaran (membangun karakter adalah yang terpenting, hanya karakter yang baik yang dapat menerima pinjaman)
Mengapa wanita diberdayakan?
Karena perempuan memiliki minat yang sama dengan laki-laki dalam pembangunan , dan juga pengguna dari gedung, yang memiliki hak yang sama dengan laki-laki .
Perempuan memiliki minat khusus di alam untuk perempuan itu sendiri dan anak-anak . Seperti dalam kehidupan sehari-hari peran perempuan tidak dapat digantikan sepenuhnya oleh laki-laki , misalnya dalam rumah tangga .
Memberdayakan dan melibatkan perempuan dalam pembangunan , secara tidak langsung juga akan memberdayakan dan mengirimkan semangat yang positif untuk generasi muda , yang umumnya dalam kehidupan sehari-hari sangat erat dengan sosok ibu , wanita yang merawat mereka . Perempuan memiliki potensi tersembunyi yang tidak kalah dengan laki-laki , bisa jadi dalam hal motivasi , semangat , semangat juang dan kebutuhan untuk bergerak maju .
Perempuan relatif lebih fleksibel , lebih fleksibel dan lebih mudah menerima daripada laki-laki tetapi biasanya tidak dalam hal emosi dikendalikan . Potensi perempuan untuk melakukan berbagai kegiatan produktif yang menghasilkan dan dapat membantu ekonomi keluarga , dan lebih luas lagi ekonomi nasional , apalagi potensi penyebaran di berbagai bidang dan sektor . Potensi perempuan perlu ditingkatkan atau setidaknya mengurangi penyebab mengapa perempuan maju dalam karir sulit bagi perempuan kerja keras dan meneruskan usahanya bagi perempuan pengusaha .

KESIMPULAN

1.   Mengapa keberadaan CU telah mampu meperdaya perempuan dalam kegiatan ekonomi, serta hasil dari peningkatan pendapatan digunakan untuk apa saja?
Keberadaan Credit Union ( CU ) telah mampu memperdaya perempuan dalam kegiatan ekonomi keluarga , di mana sebagian besar kredit yang diterima oleh perempuan terutama di daerah pedesaan telah digunakan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan bisnis mereka , baik bisnis baru atau bisnis lama , yang terlihat dari pendapat mereka bahwa ini ini harus meningkatkan pendapatan . Hasil peningkatan pendapatan digunakan untuk mengembangkan bisnis kembali , untuk meningkatkan biaya sekolah anak-anak sehingga meningkatkan tingkat pendidikan dan standar kesejahteraan , pembelian perabot rumah tangga , menambah pembelian kendaraan yang digunakan untuk memfasilitasi upaya mereka , untuk merenovasi rumah dan sebagian kecil digunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau konsumtif .
2.   Bagaimana manfaat yang di rasakan dengan menjadi anggota CU ?
Dengan menjadi anggota CU mereka benar-benar merasakan pengaruh positif yang merasa lebih percaya diri karena mereka merasa bisa membantu kebutuhan keluarga atau untuk meningkatkan pendapatan keluarga . Demikian juga , keterbukaan terhadap orang lain juga meningkat karena mereka merasa lebih berpengetahuan dan kurangnya informasi yang ditinggalkan oleh orang lain.
3.  Faktor-faktor apa saja dalam keberhasilan untuk menerapkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan?
Faktor kunci keberhasilan dalam menerapkan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan adalah faktor ekonomi , faktor sosial , faktor psikologis dan faktor kewirausahaan.
4.   Berapa jumlah perempuan yang terlibat dalam usaha mikro ekonomi?
Menurut data dari Kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan , bahwa jumlah perempuan yang terlibat dalam usaha mikro - ekonomi tidak kurang dari 43 % dari total usaha mikro di Indonesia . Angka ini bisa lebih besar mengingat perempuan - run usaha mikro biasanya informal dan tidak berbadan hukum sehingga kurang dipublikasikan secara luas .
5.   Berdasarkan pengumpulan data sekunder Kementerian Koperasi dan UKM ( 2006) , jumlah Koperasi Wanita Kopwan di Indonesia ada di 31 provinsi , dimana sajakah provinsi tersebut?
Kopwan paling banyak di Jawa Timur ( 212 unit ) , diikuti Jawa Barat ( 195 unit ) , Jawa Tengah ( 96 unit ) , NAD ( 94 unit ) , dan setidaknya di Maluku Utara dan Irian Jaya Barat masing-masing 8 unit .
6.   Siapa yang menyebutkan bahwa perempuan pengusaha mikro berhadapan dengan dua masalah dalam menjalankan bisnisnya? Dan maksud dari kendala “Beban Tiga Perempuan” itu apa?
Paradise (2005) menyebutkan bahwa perempuan pengusaha mikro dalam menjalankan bisnis mereka harus berhadapan dengan dua masalah mendasar adalah masalah teknis dari masalah bisnis dan struktural . Dalam usahanya untuk menumbuhkan , perempuan sering dihadapkan dengan kendala yang dikenal sebagai " beban Tiga perempuan " , yaitu ketika mereka ' diminta ' melakukan fungsi reproduksi , produksi , serta fungsi sosial dalam masyarakat pada saat yang sama waktu ( SMERU : 2003).

REFERENSI :
[1] Bambang Ismawan , Peran Lembaga Keuangan Mikro Dalam Otonomi Daerah , Jurnal Ekonomi Rakyat , Artikel - Th . II - No 1 - Maret 2003
[2] Besley , T. ( 1995 ) " Bagaimana kegagalan pasar membenarkan Intervensi di pasar kredit pedesaan " . " Bagaimana kegagalan pasar membenarkan intervensi di pasar kredit pedesaan . "
[3] Bangladesh Institute of Development Studies ( Tawaran ) ( 1999) " Alokasi waktu perempuan di daerah pedesaan : Bangladesh Institute of Development Studies ( bid) ( 1999) " Alokasi waktu bagi perempuan di daerah pedesaan : . Peran kredit mikro "
[4] Komisi Pemilihan Bangladesh ( BEC ) ( 1997) Statistik terpilih Union Parishad Members , Bangladesh Komisi Pemilihan Office , Komisi Shere - Bangla Bangladesh Pemilihan ( BEC ) ( 1997) statistik terpilih Union Parishad Anggota , Kantor Komisi Pemilihan Umum Bangladesh , Shere - Bangla Nagar , Dhaka . Nagar , Dhaka .
[5] Coleman, B. ( 1999) " Dampak dari pinjaman kelompok di timur laut Thailand . " Jurnal Ekonomi Pembangunan , Vol . Coleman, B. ( 1999 ) " Dampak dari pinjaman kelompok di timur laut Thailand Vol . " Jurnal pembangunan ekonomi . 60 ( 1 ) Oktober 1999 : 105-141 60 ( 1 ) Oktober 1999 : 105-141
Goetz , A. dan Goetz , A. dan R. Mon Gupta ( 1994) : R. Mon Gupta ( 1994) : " Siapa yang mengambil kredit ? " Siapa yang mengambil kredit ? Gender, kekuasaan dan kontrol atas penggunaan pinjaman dalam Program kredit pedesaan di Bangladesh " . Kertas kerja . Gender, kekuasaan dan kontrol atas penggunaan pinjaman dalam program kredit pedesaan di Bangladesh " kertas kerja .. Brighton , Inggris : Institut Studi Pembangunan , Universitas Sussex . Brighton , UK : Institute for Development Studies , University of Sussex
[6] Khandokar . Khandokar . Rumah Sakit dan Pitt , M. M ( 1996 ) : " Rumah Tangga dan dampak intrahousehold dari Grameen Bank dan Program kredit ditargetkan serupa di Bangladesh " . Rumah Sakit dan Pitt , M. M ( 1996 ) : " Rumah Tangga dan dampak intrahousehold dari Grameen Bank dan program kredit ditargetkan serupa di Bangladesh " . Makalah diskusi Bank Dunia . Makalah diskusi Bank Dunia .
[7] Morduch . Morduch . J ( 1998) : " Revolusi keuangan mikro " . J ( 1998 ) : " Microfinance Revolution . " Mimeo , Harvard University. Mimeo , Harvard University.
[8] Shanthi Nachiappan dan SNSoundara Rajan , Pemberdayaan Ekonomi Perempuan : Kasus Kerja Wanita Forum , India Kasus Forum Kerja Perempuan , Jurnal Perempuan International Studies Vol . 10 # 2 November 2008 10 No.2 November 2008, India
[9] Bank Dunia ( 1999) : Mid Term Review dari Pengentasan Kemiskinan dan Keuangan Mikro Project . : Mid - istilah penelaahan terhadap proyek Penanggulangan Kemiskinan dan Keuangan Mikro . Bank Dunia , Dhaka . Bank Dunia , Dhaka .

Risk, Return, and Optimal Holdings Private (Bedah Jurnal)



 Risiko, Pengembalian, dan Holdings Optimal Swasta
Ekuitas: Sebuah Survei Pendekatan yang Ada
Andrew Ang
Columbia Business School
Morten Sorensen†
Columbia Business School
ms3814@columbia.edu
Published 10 October 2012
PE funds are usually classified as purchases, venture capital (VC), or some other type of funds that specialize in equity investments - like other liquid non - registered. PE funds typically have a 10-13 year horizon, where the capital invested can not be redeemed. In addition, the partnership agreement determines the complex governance funds, determine compensation GP as a combination of ongoing costs (management costs), cost-sharing transaction (carried interest), and other costs.
 Private equity ( PE ) investments are investments in private companies are controlled , the direct trade between investors rather than through an organized exchange . PE is often regarded as a distinct asset class , and it differs from public equity investments in fundamental ways . There is no active market for PE positions , making these investments illiquid and difficult to value . Investing is for the long term .
Estimating Risk and Return Private Equity
Empirical approach commonly used to estimate the risk and return of publicly traded securities standards are difficult to apply . PE investment intricate features include unlimited data , the irregular nature of the investment , and sample selection problems that typically arise in data reporting PE . Adjusting for these difficulties requires sophisticated econometric techniques . Without adjustment , the naive analysis tends to understate risk and volatility and may overestimate the performance estimates .
Private Equity Asset allocation model that describes the transaction costs ( high to PE ) and the risk of liquidation ( which is substantial for PE ) PE recommend simple ownership . In this model , rebalancing will be rare , so the wide swings in PE ownership can be expected . In addition , liquid PE ownership will be much lower than predicted by the model asset allocation assuming that all assets can be controlled if desired .

About Issues Private Equity
Generally , the owner of the assets invested in the fund PE as an LP in which investment decisions are made ​​by the investment manager acting as GPs . This arrangement poses a potential agency problem . In the public equity markets , factor returns and active management can largely be separated because of the investable index strategy . Because PE is based on a private nature , it is difficult to conduct large studies - a systematic sample contract features and see how they relate to performance .

REFERENSI

Ang, A., and N. Bollen, 2010, Locked Up by a Lockup: Valuing Liquidity as a Real
Option, Financial Management 39, 1069_1095.
Ang, A., and D. Kristensen, 2012, Testing Conditional Factor Models, forthcoming
Journal of Economics, 106, 132_156.
Ang, A., D. Papanikolaou, and M. Westerfield, 2011, Portfolio Choice with Illiquid
Asset, Working Paper, Columbia University.
Bank of International Settlements, 2003, Incentive Structures in Institutional Asset
Management and Their Implications for Financial Markets, BIS. Report.
Bolton, P., and M. Dewatripont, 2005, Contract Theory, MIT Press, Boston, MA.
Brown, D. T., G. Ozik, and D. Scholz, 2007, Rebalancing Revisited: The Role of
Derivatives, Financial Analysts Journal, 63, 32_44.
Bygrave, W., and J. Timmons, 1992, Venture Capital at the Crossroads, Harvard
Business School Press, Boston.
Campbell, J. Y., A. W. Lo, and A. C. MacKinlay, 1997, The Economics of Financial
Markets, Princeton University Press, Princeton, NJ.
Chung, J.-W., B. A. Sensoy, L. H. Stern, and M. Weisbach, 2011, Pay for Performance
from Future Fund Flows: The Case of Private Equity, forthcoming
Review of Financial Studies.
Cochrane, J., 2005, The Risk and Return of Venture Capital, Journal of Financial
Economics 75, 3_52.
Constantinides, G. M., 1986, Capital Market Equilibrium with Transaction Costs,
Journal of Political Economy 94, 842_862.
Dai, M., P. Li, and H. Liu, 2008, Market Closure, Portfolio Selection, and Liquidity
Premia, Working Paper, Washington University in St. Louis.
De Roon, F., J. Guo, and J. Ter Horst, 2009, Being Locked Up Hurts, Working
Paper, Tilburg University.
De Zwart, G., B. Frieser, and D. van Dijk, 2012, Private Equity Recommitment
Strategies for Institutional Investors, Financial Analysts Journal 68, 81_99.
Diamond, P. A., 1982, Aggregate Demand Management in Search Equilibrium,
Journal of Political Economy 90, 891_894.
Donohue, C., and K. Yip, 2003, Optimal Portfolio Rebalancing with Transactions
Costs, Journal of Portfolio Management, 29, 49_63.
Driessen, J., T.-C. Lin, and L. Phalippou, 2011, A New Method to Estimate Risk and
Return of Non-Traded Assets from Cash Flows: The Case of Private Equity
Funds, forthcoming Journal of Financial and Quantitative Analysis.
Duffie, D., N. Garleanu, and L. H. Pedersen, 2005, Over-the-Counter Markets,
Econometrica 73, 1815_1847.
Duffie, D., N. Garleanu, and L. H. Pedersen, 2007, Valuation in Over-the-Counter
Markets, Review of Financial Studies 20, 1865_1900.
Faccio, M., M.-T. Marchica, J. J. McConnell, and R. Mura, 2012, Returns and Risks
to Private Equity, Working Paper, Purdue University.
Franzoni, F., E. Nowak, and L. Phalippou, 2012, Private Equity Performance and
Liquidity Risk, forthcoming Journal of Finance.
Garleanu, N., 2009, Pricing and Portfolio Choice in Illiquid Markets, Journal of
Economic Theory 144, 532_564.
Garleanu, N. and L. H. Pederson, 2010, Dynamic Trading with Predictable Returns
and Transaction Costs, Working Paper, NYU.
Gompers, P., and J. Lerner, 1997, Risk and Reward in Private Equity Investments:
The Challenge of Performance Assessment, Journal of Private Equity 1, 5_12.
Gompers, P., and J. Lerner, 1999, An Analysis of Competition in the U.S. Venture
Capital Partnership, Journal of Financial Economics 51, 3_44.
Harris, R., T. Jenkinson, and S. N. Kaplan, 2011, Private Equity Performance: What
Do We Know? Working Paper, University of Chicago.
Heckman, J., 1979, Sample Selection Bias as a Specification Error, Econometrica 47,
153_162.
Hochberg, Y., A. Ljungvist, and A. Vissing-Jorgensen, 2010, Informational Hold-Up
and Performance Persistence in Venture Capital, Working Paper, Northwestern
University.
Kaplan, S. N., and A. Schoar, 2005, Private Equity Performance: Returns, Persistence,
and Capital Flows, Journal of Finance 60, 1791_1823.
Kaplan, S. N., and P. Stromberg, 2009, Leverage Buyouts and Private Equity,
Journal of Economic Perspectives 23, 121_146.
Kartashova, K., 2011, The Private Equity Premium Puzzle Revisited, Working
Paper, Bank of Canada.
Korteweg, A., and M. Sorensen, 2010, Risk and Return Characteristics of Venture
Capital-Backed Entrepreneurial Companies, Review of Financial Studies 23,
3738_3772.
Lagos, R., and G. Rocheteau, 2009, Liquidity in Asset Markets with Search Frictions,
Econometrica 77, 403_426.
Leibowitz, M., and A. Bova, 2009, Portfolio Liquidity, Morgan Stanley Research.
Leland, H. E., 1996, Optimal Asset Rebalancing in the Presence of Transactions
Costs, Working Paper, UC Berkeley.
Ljungqvist, A., and M. Richardson, 2003, The Cash Flow, Return and Risk
Characteristics of Private Equity, Working Paper, NYU.
Litvak, K., 2009, Venture Capital Partnership Agreements: Understanding Compensation
Agreements, University of Chicago Law Review 76, 161_218.
Liu, H., 2004, Optimal Consumption and Investment with Transaction Costs and
Multiple Risky Assets, Journal of Finance 54, 289_338.
Longstaff, F. A., 2001, Optimal Portfolio Choice and the Valuation of Illiquid
Securities, Review of Financial Studies 14, 407_431.
Longstaff, F. A., 2009, Portfolio Claustrophobia: Asset Pricing in Markets with
Illiquid Assets, American Economic Review 99, 1119_1144.
Merton, R. C., 1969, Lifetime Portfolio Selection under Uncertainty: The Continuous
Time Model, Review of Economics and Statistics 51, 247_257.
Merton, R. C., 1971, Optimum Consumption and Portfolio Rules in a Continuous
Time Model, Journal of Economic Theory 3, 373_413.
Metrick, A., and A. Yasuda, 2010a, The Economics of Private Equity Funds, Review
of Financial Studies 23, 2303_2341.
Moskowitz, T., and A. Vissing-Jorgensen, 2002, The Returns to Entrepreneurial
Investment: A Private Equity Puzzle, American Economic Review 92, 745_778.
Phalippou, L., 2011, An Evaluation of the Potential for GPFG to Achieve Above
Average Returns from Investments in Private Equity and Recommendations
Regarding Benchmarking, Report to the Norwegian Ministry of Finance.
Phalippou, L., and O. Gottschalg, 2009, The Performance of Private Equity Funds,
Review of Financial Studies 22, 1747_1776.
Pliska, S. R., and K. Suzuki, 2004, Optimal Tracking for Asset Allocation with Fixed
and Proportional Transactions Costs, Quantitative Finance 4, 233_243.
Robinson, D. T., and B. A. Sensoy, 2011a, Do Private Equity Fund Managers Earn
Their Fees? Compensation, Ownership and Cash Flow Performance, Working
Paper, Duke University.
Robinson, D. T., and B. A. Sensoy, 2011b, Cyclicality, Performance Measurement,
and Cash Flow Liquidity in Private Equity, Working Paper, Duke University.
Salanie, P., 1997, The Economics of Contracts: A Primer, MIT Press, Boston, MA.
Siegel, L. B., 2008, Alternatives and Liquidity: Will Spending and Capital Calls Eat
Your \Modern" Portfolio, Journal of Portfolio Management 35, 103_114.
Sorensen, M., N. Wang, and J. Yang, 2012, Valuing Private Equity, Woking Paper,
Columbia Business School.
Stracca, L., 2006, Delegated Portfolio Management: A Survey of the Theoretical
Literature, Journal of Economic Perspectives 20, 823_848.
Stucke, R., 2011, Updating History, Working Paper, University of Oxford.
Vayanos, D., 1998, Transaction Costs and Asset Prices: A Dynamic Equilibrium
Model, Review of Financial Studies 11, 1_58.